Senin, 18 April 2016

Makalah Pemberian Obat melalui Inhalasi dan Hidung

BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
Hidung mempunyai tugas menyaring udara dari segala macam debu yang masuk ke dalam melalui hidung. Tanpa penyaringan ini mungkin debu ini dapat mencapai paru-paru. Bagian depan dari rongga hidung terdapat rambut hidung yang berfungsi menahan butiran debu kasar, sedangkan debu halus dan bakteri menempel pada mukosa hidung. Dalam rongga hidung udara dihangatkan sehingga terjadi kelembaban tertentu.
Inhalasi yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Terapi inhalasi adalah cara pengobatan dengan cara memberi obat untuk dihirup agar dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya. Terapi inhalasi merupakan terapi dengan memanfaatkan uap hasil dari kerja mesin nebulizer. Uap air yang berasal dari campuran obat dan pelarutnya dipercaya dapat langsung mencapai saluran pernafasan, sehingga efektif untuk mengatasi masalah di daerah tersebut. Inhalasi sering digunakan pada anak-anak dibawah usia 10 tahun. Batuk/pilek karena alergi dan asma adalah gangguan saluran pernafasan yang paling umum terjadi.
Pemberian obat pada hidung dengan cara memberikan tetes hidung. Prosedur ini dilakukan pada inflamasi hidung(rhinitis) atau nasofaring.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah definisi dari pemberian obat melalui inhalasi dan hidung?
2.      Apakah tujuan pemberian obat melalui inhalasi dan hidung?
3.      Apakah keuntungan dan kerugian pemberian obat melalui inhalasi dan hidung?
4.      Apa sajakah jenis-jenis inhalasi?
5.      Apa sajakah indikasi dan kontraindikasi  pemberian obat melalui inhalasi dan hidung?
6.      Bagaimanakah pelaksanaan pemberian obat melalui inhalasi dan hidung?

C.     TUJUAN DAN MANFAAT
1.      Untuk memahami definisi dari pemberian obat melalui inhalasi dan hidung
2.      Untuk memahami tujuan pemberian obat melalui inhalasi dan hidung
3.      Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian pemberian obat melalui inhalasi dan hidung
4.      Untuk mengetahui jenis-jenis inhalasi
5.      Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi  pemberian obat melalui inhalasi dan hidung
6.      Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian obat melalui inhalasi dan hidung






















BAB II
PEMBAHASAN

I.     PEMBERIAN OBAT MELALUI HIDUNG
A.     PENGERTIAN
Hidung merupakan organ penciuman dan jalan utama keluar-masuknya udara dari dan ke paru-paru. Hidung juga memberikan tambahan resonansi pada suara dan merupakan tempat bermuaranya sinus paranasalis dan saluran air mata.
Pemberian obat melalui hidung adalah cara memberikan obat pada hidung dengan tetes hidung yang dapat dilakukan pada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.

B.     TUJUAN
Tujuan dari pemberian obat melalui hidung adalah :
·      Untuk mengencerkan sekresi dan memfasilitasi drainase dari hidung
·      Mengobati infeksi dari rongga hidung dan sinus

C.     ALAT DAN BAHAN:
1.         Obat dalam tempatnya
2.         Pipet
3.         Spekulum hidung
4.         Pinset anatomi dalam tempatnya
5.         Korentang dalam tempatnya
6.         Sarung tangan
7.         Plester
8.         Kain kasa
9.         Kertas tisu
10.     Balutan

D.     PROSEDUR KERJA
1.         Cuci tangan
2.         Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.         Atur posisi pasien dengan cara:
a.         Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke belakang.
b.        Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
c.         Berbaring dengan bantal di bawah, bahu dan kepala belakang.
4.         Berikan tetesan obat pada tiap lubang hidung (sesuai dengan Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama  obat di teteskan ).
5.         Cuci tangan
6.         Catat cara, tanggal, dan dosis pemberian obat
 
E.      KEUNTUNGAN
1.    Metabolisme melalui enterohepatik dan dinding usus dikurangi
2.    Penguraian di saluran pencernaan dihindari
3.    Kecepatan dan jumlah obat yang diabsorpsi serta profil konsentrasi obat dalam plasma terhadap waktu sebanding dengan pemberian dengan intra vena.
4.    Banyak pembuluh dan struktur membran mukosan yang permeabel sehingga memungkinkan pemberian untuk sistemik.

F.      KEKURANGAN
1.    Metode dan teknik pemberian sulit karena memerlukan alat bantu yang dapat digunakan untuk ukuran yang tepat.
2.    Lokasi disposisi obat yang tepat, sulit dicapai.
3.    Kecepatan pembersihan obat












II.      PEMBERIAN OBAT SECARA INHALASI
A. PENGERTIAN
Inhalasi adalah alat pengobatan dengan cara memberi obat untuk dihirup agar dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya. Alat ini biasanya digunakan dalam proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut maupun kronik, misalnya pada penyakit asma. Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap kepada si sakit langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru).
Inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama cepatnya dengan efek yang di hasilkan oleh pemberian obat secara intravena. Cara pemberian ini di gunakan untuk obat-obat berupa gas (misalnya, beberapa obat anestetik) atau obat yang dapat di dispersi dalam suatu eorosol. Rute tersebut terutama efektif dan menyenangkan untuk penderita- penderita dengan keluhan-keluhan pernafasan (misalnya, Asma atau penyakit paru  obstruktif kronis) karena obat yang di berikan langsung ketempat kerjanya efek samping sistemik minimal.
Obat diberikan dengan inhalasi akan terdispersi melalui aerosol semprot, asap atau bubuk sehingga dapat masuk ke saluran nafas. Jaringan alverokapiler menyerap obat dengan cepat. Inhaler dosisi terukur (metered-dose inhaler/MDI) dan inhaler bubuk kering (Dry Power Inhaler/DPI) biasanya memiliki efek local seperti dilate bronkus. Namun, beberapa obat dapat menyebabkan efek sistemik yang serius.
Yang menerima obat melalui inhalasi biasanya memiliki penyakit pernafasan kronis seperti asma kronis, emfisema, atau bronchitis masing-masing masalah pernafasan memerlukan obat inhalasi yang berbeda. Sebagai contoh, klien dengan asma biasanya menerima obat antiimfamasi karena asma merupakan penyakit imflamasi sementara klien dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) menerima brokoladilator karena biasanya mereka memiliki masalah dengan bronkokostriks. Beberapa inhaler mengandung kombinasi dari obat “darurat”.Dan “perbaikan” (capriotti, 2005). Karena lien bergantung pada obat inhalasi untuk mengontrol penyakitnya, maka mereka perlu mengetahui mengenai obat tersebut dan bagaimana cara menggunakannya dengan aman.



B. TUJUAN PENGOBATAN SECARA INHALASI
·      Memenuhi kekurangan zat asam
·      Membantu kelancaran metabolisme
·      Sebagai tindakan pengobatan
·      Mencegah hipoxia(misalnya pada penyelam, penerbang, pendaki gunung, pekerja tambang)
Karena terapi inhalasi obat dapat langsung pada sasaran dan absorpsinya terjadi secara cepat dibanding cara sistemik, maka penggunaan terapi inhalasi sangat bermanfaat pada keadaan serangan yang membutuhkan pengobatan segera dan untuk menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkannya.
Biasanya terapi inhalasi ditujukan untuk mengatasi bronkospasme, mengencerkan sputum, menurunkan hipereaktiviti bronkus, serta mengatasi infeksi.Terapi inhalasi ini baik digunakan pada terapi jangka panjang untuk menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkan obat, terutama penggunaan kortikosteroid.
Pada asma, penggunaan obat secara inhalasi dapat mengurangi efek samping yang sering terjadi pada pemberian parenteral atau per oral, karena dosis yang sangat kecil dibandingkan jenis lainnya. Terapi ini biasanya digunakan dalam proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut maupun kronik, misalnya pada penyakit asma. Asma termasuk penyakit yang sering terjadi pada anak-anak.Ashma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial yang mempunyai ciri bronchospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas).Selain asma ada batuk / pilek karena alergi adalah gangguan saluran pernafasan yang paling umum terjadi. Banyak cara dicoba untuk mempercepat penyembuhan dan pengurangan gejala akibat masalah ini termasuk secara inhalasi.

C. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENGOBATAN SECARA INHALASI
1.   Keuntungan
Dibandingkan dengan terapi oral (obat yang diminum), terapi ini lebih efektif, kerjanya lebih cepat pada organ targetnya, serta membutuhkan dosis obat yang lebih kecil, sehingga efek sampingnya ke organ lainpun lebih sedikit. Sebanyak 20-30% obat akan masuk di saluran napas dan  paru-paru, sedangkan 2-5% mungkin akan mengendap di mulut dan tenggorokan. Bandingkan dengan obat oral. Ibaratnya obat tersebut akan "jalan-jalan" dulu ke lambung, ginjal, atau jantung sebelum sampai ke sasarannya, yakni paru-paru. Pada anak-anak, umumnya diberi tambahan masker agar obat tidak menyemprot kemana-mana. Dengan cara ini, bayi/balita cukup bersikap pasif dan ini jelas menguntungkan.
2.  Kerugian
Jika penggunaan di bawah pemeriksaan dokter dan obat yang di pakai tidak cocok dengan keadaan mulut dan sistem pernafasan , hal yang mungkin bisa terjadi adalah iritasi pada mulut dan gangguan pernafasan. Jadi  pengguna pengobatan inhalasi akan terus berkonsultasi pada dokter tentang obat nya. Selain hal itu obat relatif lebih mahal dan bahkan mahal dari pada obat oral.

D.  JENIS-JENIS INHALASI
Pemakaian alat perenggang (spacer) mengurangi deposisi (penumpukan) obat dalam mulut (orofaring), sehingga mengurangi jumlah obat yang tertelan, dan mengurangi efek sistemik.Deposisi (penyimpanan) dalam paru pun lebih baik, sehingga didapatkan efek terapetik (pengobatan) yang baik. Obat hirupan dalam bentuk bubuk kering (DPI = Dry Powder Inhaler) seperti Spinhaler, Diskhaler, Rotahaler, Turbuhaler, Easyhaler, Twisthaler memerlukan inspirasi (upaya menarik/menghirup napas) yang kuat. Umumnya bentuk ini dianjurkan untuk anak usia sekolah.
1.      Metered Dose Inhaler (MDI) tanpa Spacer
Spacer (alat penyambung) akan menambah jarak antara alat dengan mulut, sehingga kecepatan aerosol pada saat dihisap menjadi berkurang. Hal ini mengurangi pengendapan di orofaring (saluran napas atas). Spacer ini berupa tabung (dapat bervolume 80 ml) dengan panjang sekitar 10-20 cm, atau bentuk lain berupa kerucut dengan volume 700-1000 ml. Penggunaan spacer ini sangat menguntungkan pada anak.
MDI (Metered-dose Inhaler)
Cara Penggunaan :
1.  Lepaskan penutup aerosol
2. Pegang tabung obat di antara ibu jari dan jari telunjuk kemudian kocok seperti gambar
3. Ekspirasi maksimal. Semakin banyak udara yang dihembuskan, semakin dalam obat dapat dihirup.
4. Letakkan mouthpiece di antara kedua bibir, katupkan kedua bibir kuat-kuat
5. Lakukan inspirasi secara perlahan. Pada awal inspirasi, tekan MDI seperti pada gambar. Lanjutkan inspirasi anda   selambat dan sedalam mungkin.
6. Tahan nafas selama kurang lebih 10 detik agar obat dapat bekerja
7. Keluarkan nafas secara perlahan
8. Kumur setelah pemakaian (mengurangi ES stomatitis)

2. Dry Powder Inhaler (DPI)
Penggunaan obat dry powder (serbuk kering) pada DPI memerlukan hirupan yang cukup kuat.Pada anak yang kecil, hal ini sulit dilakukan.Pada anak yang lebih besar, penggunaan obat serbuk ini dapat lebih mudah, karena kurang memerlukan koordinasi dibandingkan MDI.Deposisi (penyimpanan) obat pada paru lebih tinggi dibandingkan MDI dan lebih konstan.Sehingga dianjurkan diberikan pada anak di atas 5 tahun.
Cara Penggunaan Inhaler:
1.    Sebelum menarik nafas, buanglah nafas seluruhnya, sebanyak mungkin
2.    Ambillah inhaler, kemudian kocok
3.    Peganglah inhaler, sedemikian hingga mulut inhaler terletak dibagian bawah
4.    Tempatkanlah inhaler dengan jarak kurang lebih dua jari di depan mulut (jangan meletakkan mulut kita terlalu dekat dengan bagian mulut inhaler)
5.    Bukalah mulut dan tariklah nafas perlahan-lahan dan dalam, bersamaan dengan menekan inhaler (waktu saat menarik nafas dan menekan inhaler adalah waktu yang penting bagi obat untuk bekerja secara efektif)
6.    Segera setelah obat masuk, tahan nafas selama 10 detik (jika tidak membawa jam, sebaiknya hitung dalam hati dari satu hingga sepuluh)
7.    Setelah itu, jika masih dibutuhkan dapat mengulangi menghirup lagi seperti cara diatas, sesuai aturan pakai yang diresepkan oleh dokter
8.    Setelah selesai, bilas atau kumur dengan air putih untuk mencegah efek samping yang mungkin terjadi.Pengobatan asma harus dilakukan secara tepat dan benar untuk mengurangi gejala yang timbul. Pengobatan asma memerlukan kerja sama antara pasien, keluarga, dan dokternya. Oleh karena itu pasien asma dan keluarganya harus diberi informasi lengkap tentang obat yang dikonsumsinya; kegunaan, dosis, aturan pakai, cara pakai dan efek samping yang mungkin timbul. Pasien hendaknya juga menghindari faktor yang menjadi penyebab timbulnya asma. Selain itu, pasien harus diingatkan untuk selalu membawa obat asma kemanapun dia pergi, menyimpan obat-obatnya dengan baik, serta mengecek tanggal kadaluarsa obat tersebut. Hal ini perlu diperhatikan agar semakin hari kualitas hidup pasien semakin meningkat.
3. Nebulizer
Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik sehingga dalam prakteknya dikenal 2 jenis alat nebulizer yaitu ultrasonic nebulizer dan jet nebulizer. Hasil pengobatan dengan nebulizer lebih banyak bergantung pada jenis nebulizer yang digunakan.           
Nebulizer yang dapat menghasilkan partikel aerosol terus menerus ada juga yang dapat diatur sehingga aerosol hanya timbul pada saat penderita melakukan inhalasi sehingga obat tidak banyak terbuang. Keuntungan terapi inhalasi menggunakan nebulizer adalah tidak atau sedikit memerlukan koordinasi pasien, hanya memerlukan pernafasan tidal, beberapa jenis obat dapat dicampur (misalnya salbutamol dan natrium kromoglikat).Kekurangannya adalah karena alat cukup besar, memerlukan sumber tenaga listrik dan relatif mahal.
PROSEDUR PERAWATAN DENGAN NEBULIZER
1.         Letakkan kompresor udara pada permukaan yang mendukung untuk beratnya. Lepaskan selang dari kompresor .
2.         sebelum melakukan perawatan ini, cuci tangan terlebih dahulu dengan subun kemudian keringkan.
3.         hati-hati dalam menghitung pengobatan secara tepat sesuai dengan perintah dan letakkan dalam tutup nebulizer.
4.         pasang/ gunakan tutup nebulizer dan masker atau sungkup.
5.         hubungkan pipa ke kompresor aerosol dan tutup nebulizer.
6.         nyalakan kompresor untuk memastikan alat tersebut bekerja dengan baik.
7.         duduk dalam posisi tegak baik dalam pangkuan atau kursi.
8.         apabila menggunakan masker, letakkan dalam posisi yang tepat dan nyaman pada bagian wajah.
9.         apabila menggunakan (mouthpiece) letakkan secara tepat antara gigi dan lidah.
10.     bernafaslah secara normal lewat mulut. Secara periodic ambil nafas dalam dan tahan selama 2 sampai 3 detik sebelum melepaskan nafas.
11.     lanjutkan perawatan ini sampai obat habis ( antara 9 sampai 10 menit).
12.     apabila pasien merasa pusing atau gelisah, hentikan perawatan dan istirahat selama kurang lebih 5 menit.

E.        INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PEMBERIAN OBAT SECARA INHALASI
1.      Indikasi
·      Pasien sesak nafas dan batuk broncho pneumonia
·      Ppom (bronchitis, emfisema)
·      Asma bronchial
·      Rhinitis dan sinusitis
·      Paska tracheostomi
·      Pilek dengan hidung sesak dan berlendir
·      Selaput lendir mengering
·      Iritasi kerongkongan, radang selaput lendir
·      Saluran pernafasan bagian atas
2.      Kontraindikasi
·      Pasien yang tidak sadar/confusion tidak kooperatif dengan prosedur ini, membutuhkan mask / sungkup , tetapi mask efektifnya berkurang secara spesifik. Medikasi nebulizer kontraindikasi pada keadaan dimana suara nafas tidak ada / berkurang, kecuali jika medikasi nebulizer diberikan melalui endotracheal tube yang menggunakan tekanan positif.
·      Pasien dengan penurunan pertukaran gas juga tidak dapat menggerakkan/ memasukkan medikasi secara adekuat ke dalam saluran nafas.
·      Pemakaian katekolamin pada pasien dengan cardiac irritability harus dengan perlahan. Ketika di inhalasi katekolamin dapat meningkatkan cardiac rate dan menimbulkan disritmia. Medikasi nebulizer tidak dapat diberikan terlalu lama melalui IPPB(intermittent positive pressure breathing), sebab IPPB mengiritasi dan meningkatkan bronkhospasme.
III.   ABSORBSI OBAT
Absorbsi obat lewat mucus hidung terkadang baik atau lebih baik dari oral. Rute intranasal nampaknya ideal karena menghasilkan efek langsung ke vascular dan mudah pemberiannya. Namun demikian cara ini jarang dijumpai sehari-hari.
Tonndorf dan pembantunya mengkaji absorbsi hiosin dan atropin dari selaput lendir manusia. Mereka mengevaluasi denga cara mengamati hambatan produksi saliva sebagai cara untuk menguji absorbsi obat. Penemuan mereka didemonstrasikan sebagai pemberian obat melalui hidung.
Untuk semua kasus, produksi saliva untuk kontrol berbeda nyata dengan yang mengandung obat, sediaan kapsul yang paling lambat responnya, diikuti larutan oral. Perlambatan respon nampaknya tergantung pada waktu yang diperlukan untuk melarutkan kapsul dan padatan garam alkalod.
Injeksi subkutan memberikan respon yang paling cepat dan tetes hidung menyusul sesudahnya.
Pemberian hiosin dalam bentuk semprotan (spray) responnya tidak sebaik tetes hidung. Akan tetapi apabila 0,01 % Na-Laurilsulfat ditambahkan pada tempat absorbsi obat, maka responnya akan sebaik respon tetes hidung.
Obat yang sering diberikan untuk pengobatan hidung :
1.    Antibiotik
2.    Sulfasetamide
3.    Vasokontriktor
4.    Germisid
5.    Antiseptik
Yang perlu diperhatikan bahwa rambut getar dalam rongga hidung sangat peka terhadap beberapa macam obat misalnya obat yang mengandung Efedrin HCl, konsentrasi paling tinggi yang dapat ditahan adalah 3% lebih tinggi dari kadar tersebut akan mengerem kerja dari rambut getar.
Larutan adrenalin yang asam (adrenalin 1 % pH 3) juga akan mengerem kerja dari rambut getar hidung. Larutan kokain HCl hanya dapat digunakan sampai konsentrasi paling tinggi 2,5 %.
Larutan protalgol mempunyai pengaruh yang nyata terhadap rambut getar hidung karena mengendapklan protein (padahal lendir yang diekskresikan di daerah rambut getar sebagian bersar terdiri dari protein).
Parafin cair jika digunakan sebagai bahan pembawa (baik sebagai pelarut atau mengahsilkan suspensi) akan memberikan suatu lapisan pada mukosa hidung, hingga secara tidak langsung dapat mengurangi kerja rambut getar, jadi tetes hidung dengan paraffin cair sebaiknya dihindari.
Reaksi alkali seperti misalnya garam sulfat, hendaknya juga dihindari karena biasanya pH larutan sulfat sangat alkali yaitu pHnya antara 10-11. sebagai pelarut bukan lagi air yang dipakai melainkan propilenglikol, larutan sulfat dalam propilen glikol tak perlu dialkalikan, jadi reaksinya sedikit asam (karena sulfa merupakan asam lemah).
Obat tetes hidung harus isoosmotik dengan secret hidung atau isoosmotik dengan cairan tubuh lainnya yaitu sama denagn larutan NaCl 0,9% . pengisotonisan ini perlu sekail maksudnya agar tidak mengganggu fungsi rambut getar, epitel. Sedikit hipertoni masih diperkenankan. Sebagai bahan pengiisotoni digunakan NaCl atau glukosa.
Tetes hidung harus steril dan untuk untuk menjaga agar oabat terhindar dari kontaminasi, maka penambahan preservatif juga dilakukan misalnya dengan nipagin atau nipasol atau kombinasi keduanya. Nipagin dipakai 0,04-0,01 %; sedangkan campurannya dapat dibuat dengan kombinasi Nipagin (0.026%) + Nipasol (0.014%).
Secara umum untuk obat (tetes) hidung harus diperhatikan :
1.    Sebaiknya digunakan pelarut air
2.    Jangan menggunakan obat yang cenderung akan mengerem fungsi rambut getar epitel
3.    pH larutan sebaiknya diatur sekitar 5,5-6,5 dan agar pH tersebut stabil hendaknya ditambahkan dapar (buffer)
4.    Usahakan agar larutan isotoni
5.    Agar supaya obat dapat tinggal lama dalam rongga hidung dapat diusahakan penambahan bahan yang menaikkan viskositasnya agar mendekati secret lendir hidung
6.    Hendaknya dihindari larutan obat (tetes) hidung yang bereaksi alkali
7.    Penting untuk diketahui jangan sampai bayi diberi tetes hidung yang mengandung menthol, karena dapat menyebabkan karam (kejang) pada jalan pernafasan
8.    Harus tetap stabil selama dalam pemakaian pasien
9.    Harus mengandung antibakteri untuk mereduksi pertumbuhan bakteri selama dan pada saat obat diteteskan.
Dapar fosfat untuk obat tetes hidung (pH 6,5) dapat digunakan dan dibuat seperti tersebut dibawah ini :
1.    NaH2PO4. H2O 0,65
2.    NaH2PO4. 7 H2O 0,54
3.    NaCl 0,45
4.    Benzalkonium klorida 0.01-0,10%
5.    Air suling secukupnya 100 ml
Beberapa obat simpatomimetik (atropin, hiosin, skopolamin) karena mudah teroksidasi jadi perlu penambahan antioksidan dan juga kontrol pH.
Obat hidung biasanya diberikan dengan empat cara :
1.        Yang biasanya adalah dengan meneteskan pada bagian tiap lubang hidung dengan menggunakan pipet tetes.
2.        Dengan cara disemprotkan, alatnya ada yang jenis untuk mendapatkan hasil semprotan beruba kabut (atomizer) ada juga yang agak halus (neulizer) artinya lebih halus dari atomizer.
3.        Dengan cara mencucikan dengan alat “nasal douche”
4.        Dapat juga dengan cara “inhaler”, diisap-isap.








BAB III
PENUTUP

A.       KESIMPULAN
Pemberian obat melalui hidung adalah Pemberian obat melalui hidung adalah cara memberikan obat pada hidung dengan tetes hidung yang dapat dilakukan pada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap kepada si sakit langsung melalui alat pernafasannya(hidung ke paru-paru). Obat diberikan dengan inhalasi akan terdispersi melalui aerosol sempro, asap atau bubuk sehingga dapat masuk ke saluran nafas. Terapi ini biasanya digunakan dalam proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut maupun kronik, misalnya pada penyakit asma. Jenis-jenis inhalasi ada 3 : Metered Dose Inhaler(MDI) Tanpa Spacer, Dry Powder Inhaler(DPI),Nebulizer. Terapi ini lebih efektif , kerjanya lebih cepat pada organ targetnya tetapi hal yang mungkin bisa terjadi adalah iritasi pada mulut dan gangguan pernafasan pada penggunaan inhalasi.
Empat cara memberikan obat  hidung :
1.    Yang biasanya adalah dengan meneteskan pada bagian tiap lubang hidung dengan menggunakan pipet tetes.
2.    Dengan cara disemprotkan, alatnya ada yang jenis untuk mendapatkan hasil semprotan beruba kabut (atomizer) ada juga yang agak halus (neulizer) artinya lebih halus dari atomizer.
3.    Dengan cara mencucikan dengan alat “nasal douche”
4.    Dapat juga dengan cara “inheler”, diisap-isap.

B.       SARAN

Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada pembaca semua agar memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.